Selama ini, mendongeng untuk anak terkesan hanya dilakukan para ibu. Namun, menurut pendongeng cerita anak Putri Suhendro, penelitian menunjukkan bahwa ternyata anak-anak lebih suka didongengi oleh ayahnya. Penyebabnya, antara lain karena suara ayah lebih empuk.
"Alasan lain, ayah tidak pernah terlihat bodoh di depan anak-anaknya. Meski di kantor tampak jaim, di rumah ia berani tampil malu. Mau kuda-kudaan bersama anak, atau mengeluarkan bunyi-bunyian saat bercerita," ujar Putri saat hadir sebagai pembicara dalam workshop mendongeng bagi wartawan yang diadakan Toyota, di acara pameran Indonesia International Motor Show di Jakarta Convention Center.
Ada apa dengan para ibu sehingga anak lebih suka didongengi oleh ayahnya? Menurut Putri, selain bersuara lebih cempreng, ibu juga tidak sabar saat bercerita. Misalnya, baru mulai atau di tengah-tengah cerita, ibu bisa berkali-kali memutus dongeng karena menyelinginya dengan mengangkat jemuran, mematikan kompor, atau menonton tayangan gosip kesukaannya. Sehingga, anak jadi malas dan tak bersemangat lagi mendengarkan cerita.
Padahal, sebagai anak, otaknya harus diisi dengan berbagai pesan mendidik, terutama selama umur keemasannya. Pesan mendidik ini bisa dilakukan lewat mendongeng. Keterbatasan waktu orangtua di rumah bukanlah halangan untuk mendongeng.
"Saat di dalam mobil, di tengah macet, misalnya, Anda bisa mengisi waktu dengan mendongeng. Kalau Anda ingin mendidiknya dengan baik, anak harus dibiasakan didongengi sejak kecil, bukan ketika dia sudah mulai beranjak besar," tutur perempuan yang juga mendongeng di salah satu stasiun radio di Tegal ini. Memang, lanjut Putri, cerita yang diberikan orangtua tidak langsung terasa manfaatnya bagi anak saat itu juga. Namun, ketika dewasa dia menemui sebuah peristiwa atau masalah, pesan yang disampaikan lewat dongeng semasa ia kecil ini bisa muncul dan jadi acuan baginya untuk mencari solusi.
"Alasan lain, ayah tidak pernah terlihat bodoh di depan anak-anaknya. Meski di kantor tampak jaim, di rumah ia berani tampil malu. Mau kuda-kudaan bersama anak, atau mengeluarkan bunyi-bunyian saat bercerita," ujar Putri saat hadir sebagai pembicara dalam workshop mendongeng bagi wartawan yang diadakan Toyota, di acara pameran Indonesia International Motor Show di Jakarta Convention Center.
Ada apa dengan para ibu sehingga anak lebih suka didongengi oleh ayahnya? Menurut Putri, selain bersuara lebih cempreng, ibu juga tidak sabar saat bercerita. Misalnya, baru mulai atau di tengah-tengah cerita, ibu bisa berkali-kali memutus dongeng karena menyelinginya dengan mengangkat jemuran, mematikan kompor, atau menonton tayangan gosip kesukaannya. Sehingga, anak jadi malas dan tak bersemangat lagi mendengarkan cerita.
Padahal, sebagai anak, otaknya harus diisi dengan berbagai pesan mendidik, terutama selama umur keemasannya. Pesan mendidik ini bisa dilakukan lewat mendongeng. Keterbatasan waktu orangtua di rumah bukanlah halangan untuk mendongeng.
"Saat di dalam mobil, di tengah macet, misalnya, Anda bisa mengisi waktu dengan mendongeng. Kalau Anda ingin mendidiknya dengan baik, anak harus dibiasakan didongengi sejak kecil, bukan ketika dia sudah mulai beranjak besar," tutur perempuan yang juga mendongeng di salah satu stasiun radio di Tegal ini. Memang, lanjut Putri, cerita yang diberikan orangtua tidak langsung terasa manfaatnya bagi anak saat itu juga. Namun, ketika dewasa dia menemui sebuah peristiwa atau masalah, pesan yang disampaikan lewat dongeng semasa ia kecil ini bisa muncul dan jadi acuan baginya untuk mencari solusi.